Interpretasi
dan Simbol
Clifford Geertz (1973) mengemukakan suatu definisi kebudayaan sebagai: satu,
suatu system keteraturan dari makna dan symbol-simbol. Dua, suatu pola
makna-makna yang ditranmisikan secara historis yang terkandung dalam
bentuk-bentuk simbolis. Tiga, suatu peralatan simbolik bagi mengontrol
perilaku. Empat, oleh karena kebudayaan adalah suatu system symbol, maka proses
kebudayaan harus dipahami, diterjemahkan dan diinterpretasi. Symbol-simbol yang
menunjukan suatu kebudayaan adalah wahana dari konsepsi, kebudayaan yang
memberikan unsure intelektual dan proses social.
Bermula Dari Antropologi Simbolik
Symbol adalah objek, kejadian, bunyi bicara atau bentuk-bentuk tertulis yang
diberi makna oleh manusia. Kassirer mengekspresikan hakikat simbolik pengalaman
manusia sebagai berikut: manusia tidak lagi hidup semata-mata dalam semesta
fisik, manusia hidup dalam semesta simbolik. Teori simbolik mengenai kebudayaan
adalah suatu modal dari manusia sebagai spesies yang menggunakan symbol. Charles
Pierce, peletak dasar disiplin semiltik modern, mengidentifikasi tiga tipe
tanda: satu, tanda ikonik yang mencerminkan objeknya dalam hal tertentu. Dua,
tanda indeks yang secara fisik terkait dengan objeknya. Tiga symbol-simbol
seperti bahasa yang berarti bagi objeknya karena ditafsirkan sedemikian melalui
kesepakatan dan penggunaan. Kata-kata adalah persepsi konseptual mengenai
dunia, yang terkandung dalam symbol-simbol. Victor Turner (1975) mengelompokkan
antropologi simbolik menjadi dua. Pertama, kelompok yang memusatkan perhatian
pada system abstrak yang meliputi ahli liguistik, strukturalis dan antropolog
kognitif. Kedua, kelompok yang memusatkan perhatian pada symbol dan kelompok
dinamika social. Masyarakat adalah hasil dari perilaku dan tindakan orang-orang
yang saling terjalin satu sama lain yang menempati batas-batas dan konteks
social yang berbeda-beda, dan kerap kali secara simultan.
Interpretivisme Simbolik Sebagai Paradigma
Interpretivisme Clifford Geertz
Antropologi humanistic adalah mentalis dalam orientasinya, yang memandang
kebudayaan sebagai system gagasan nilai-nilai dan makna. Kajian ideografig
adalah khusus dan didasarkan pada kasus yang sedemikian rupa dapat menangkap
totalitas kehidupan dalam kompleksitas suatu masyarakat dan variasinya. Geertz
menemukan makna yang didasarkan pada pandangan native sesungguhnya relative
fisik, maksudnya adalah suatu pandangan yang mencerminkan proses pengetahuan
diri sendiri, persepsi diri sendiri dan pemahaman diri sendiri bagi pengetahuan
orang lain, persepsi orang lain dan pemahaman orang lain. Pandangan Geertz
tentang antropologi sejalan dengan Heidegger dan Gadamer. Geertz menulis,
“gagasan kita, nilai-nilai kita, perilaku kita, bahkan emosi kita, seperti
halnya system persarafan, adalah produk kebudayaan-dibangun, di luar
kecenderungan-kecenderungan kapasitas, dan diposisi yang kita miliki ketika
kita dilahirkan, melainkan dibangun dan terus dibangun…..”.
Interpretivisme Simbolik Sebagai Paradigma
Interpretivisme simbolik adalah kajian mengenai istilah-istilah dasar yang
dengannya kita memandang diri kita sendiri sebgaia manusia dan sebagai anggota
masyarakat dan mengenai bagaimana istilah-istilah dasar ini digunakan oleh
manusia untuk membangun suatu mode kehidupan bagi diri mereka sendiri.
Prinsip-prinsip epistemology dari antropologi simbolik secara alamiah
tergantung pada premis-premis ontologis. Asumsi-asumsi dan konsep-konsep juga
diasosiasikan dengan antroplogi penduduk simbolik. Pertama, adalah konsep Victor
Turner (1969) mengenai karakter symbol multivokalik atau kemampuan symbol untuk
merepresentasi beberapa makna yang berbeda-beda sekaligus.